Senin, 24 September 2012

Di sanakah Ku Berlabuh...

Liburan Eksotis Di Pulau Lembata

sergapntt.com [LEWOLEBA] -> Nusa Tenggara Timur penuh pesona. Begitulah ingatan wisatawan asing sepulang dari Lembata. Kata mereka, salah satu Kabupaten dari 21 kabupaten/kota di wilayah Nusa Tenggara Timur itu memiliki potensi pariwisata yang eksotis lengkap dengan budaya dan keindahan alam yang sempurna.
Selain memiliki obyek wisata seperti Sabutobo Air Panas, Minggar Pantai Berpasir Putih, Pantai Lowolein, Pantai Kacang, Taman Laut, Wisata Pantai dan pesta kacang di kaki Gunung Ile Ape, warga Lembata juga memiliki tradisi penangkapan Ikan Paus. Konon tradisi ini dilakukan berdasarkan perintah adat.
Penangkapan Ikan Paus juga bersentuhan dengan pesona perairan. Itu karena tradisi di Desa Lamalera tersebut sebagian besar berlangsung di lautan Lembata. Lewat tradisi inilah, Lembata berkesempatan untuk habis-habisan mengekspos pesona lautan. Kesan wisatawan tentang Lembata adalah ketenangan lautnya. Berada diatas lautan Lembata seolah tidur di hotel berbintang lima. Potensi budaya dan pariwisata di Lembata boleh dibilang sebagai jantungnya pariwisata di Timur Pulau Flores.
Sebelum berangkat ke laut, seorang lamafa (penikam ikan paus) dan para awak perahu mendapat sajian tarian menikam ikan. Sedangkan, khusus untuk perahu yang dipakai membelah lautan, adat memberikan penghormatan melalui pesta paledang atau seve motti. Peledang adalah istilah bahasa setempat yang berarti perahu para penikam ikan.
Selain tarian, tradisi ini juga dihangatkan oleh senandung lokal. Para penikam ikan akan semakin berlipat keberaniannya, ketika terdengar lagu Ole Hau, Teti Timu Hau, Lagu-lagu Pelaut (Lie), serta Tonda Paus. Tak hanya membakar keberanian, lagu-lagu itu juga mengingatkan mereka untuk sabar, mawas, dan hati-hati.
Perburuan ikan paus di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Tradisi ini telah memperkenalkan penduduk di kaki gunung Labalekan ke seluruh dunia.
Jika di daerah Kanada, Greenland, atau di sekitar kutub selatan ada tradisi berburu anjing laut dan penguin, maka di indonesia punya tradisi lebih ekstrim, yakni berburu ikan paus di Lembata. Sejak nenek moyang suku Lamalera menempati tanah lomblen, perburuan ikan paus telah dimulai.
Berbagai sumber menyebutkan tradisi ini sudah ada sejak abad ke-16. Para nelayan tradisional hanya dilengkapi satu-satunya senjata andalan berupa tombak yang dinamakan tempuling. Senjata ini berupa sebatang bambu panjang yang di salah satu ujungnya ditancap besi runcing. Dengan senjata itu mereka berusaha membunuh ikan paus, yang besar tubuhnya puluhan kali lebih besar dari tubuh mereka.
Betapa kekuatan sepotong besi mampu menaklukan ikan jenis ini. Karenanya, tak heran arus kunjungan wisatawan ke sana dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun, terkadang para nelayan tradisional mengalami naas. Ikan raksasa yang terluka menyeret perahu mereka hingga perairan Australia atau sampai di kupang, ibukota propinsi Nusa Tenggara Timur. Ketika ikan itu sudah berhasil ditombak (diujung tombak diikat tali yang disambungkan ke perahu), para nelayan hanya mengikuti saja pergerakan ikan hingga melemah, tak berdaya. Di saat itulah para pemburu menarik ikan ke pantai Lamalera.
Kadang-kadang pula mereka menjadi korban akibat hempasan ekor ikan yang kaget saat ditombak. Perahu bisa langsung pecah dengan satu kali kibasan ekor. Maklum, bentangan sirip paus lebih lebar dari badan paledang (perahu tradisional) yang digunakan untuk memburunya. Tak jarang jatuh korban jiwa.
Jika ada nelayan yang tewas saat bertarung melawan paus, kenyataan itu selalu dikaitkan dengan suasana di daratan. Diyakini sebelum berangkat, korban “belum bersih” dalam arti masih ada silang sengketa di keluarganya, mungkin masih belum berdamai dengan istri dan anak-anaknya jika ada pertengkaran sebelumnya. Atau ada pelanggaran adat di kampung. Karena itu, anggota nelayan yang pergi berburu ikan paus harus “bersih diri”, “bersih rumahnya”.
Perburuan paus biasanya dimulai pada bulan mei. Orang yang bertugas menikam paus disebut lama fa. Orang ini berdiri di ujung perahu, buritan atau haluan, saat paus yang diburu mulai kelihatan. Lama fa selalu mencari kesempatan untuk menikamkan tempuling ke tubuh paus. Tempuling bukan sekadar dilempar, tapi dihujam dengan kekuatan penuh.
Daging paus yang diperoleh akan dibagikan kepada seluruh penduduk sesuai besar kecilnya jasa wakil anggota keluarga mereka dalam proses perburuan. Selain hasil daging, masyarakat juga memanfaatkan minyak paus sebagai minyak urut, bahan obat, dan bahan bakar untuk lampu teplok.
Walaupun sudah ada beberapa konvensi yang melarang perburuan ikan paus, tradisi berburu ikan paus ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Penduduk Lamalera mengatakan, mereka tahu ikan paus mana yang menjadi buruan mereka. Ikan paus yang masih kecil dan yang sedang hamil tidak akan dibunuh. Ini untuk menjaga populasi paus di daerah Lamalera.
kini para orang tua di lamalera berusaha keras melatih anak mereka agar kelak menjadi lama fa. Hal ini disebabkan karena makin hilangnya kesadaran para pemuda lamalera dalam mempertahankan tradisi berburu paus yang diwariskan nenek moyang mereka.
Usai menyaksikan atraksi penangkapan Ikan Paus, wisatawan bisa menyusuri kenyamanan pantai semenanjung Lembata. Disana terdapat sejumlah pantai yang layak disinggahi, misalnya Pantai Waijarang dan Pantai Edam.
Pantai Waijarang sendiri terletak di Desa Waijarang, sedangkan Edam di Desa Merdeka-Tenareket. Dari ibukota Kabupaten, masing-masing berjarak sembilan kilometer. Di Teluk Tenatreket, wisatawan juga bisa menyempatkan diri menikmati taman bawah laut.
Perjalanan menelusuri Lembata belum berhenti disitu, masih ada pantai di bibir Teluk Tenatreket, indahnya Gunung Ile Ape, serta nikmatnya mandi Air panas Sabu Tobo. Disini kita akan merasakan sensasi yang eksotis. Sumber air panas ini terletak di Desa Bolibean, Kecamatan Nagawutun. Sabu Tobo dikelilingi oleh hutan tropis yang di dalamnya terdapat aliran sungai. Ujung aliran itu terhenti di Sabu Tobo. Kurang lebih 200 meter di sisi kiri jalan, wisatawan dapat berjumpa dengan mata air panas yang keluar dari tebing.
Tak jauh, juga ada semburan air panas yang mencuat melalui akar pepohonan. Selain sejuk dan menyegarkan, air Sabu Tobo juga bisa untuk melepas dahaga. Itulah sebabnya, Lembata menjadi tempat yang sayang jika tidak dikunjungi, apalagi saat liburan. (disarikan oleh chris parera dari unik.net)

sumber: http://sergapntt.wordpress.com/2011/09/24/liburan-eksotis-di-pulau-lembata/

Minggu, 23 September 2012



LONDON - Philipe Sanderos, pria kelahiran Swiss yang bermain sebagai punggawa klub Fulham Liga Premier Inggris, telah masuk Islam.

Ia mendeklarasikan keyakinannya di sebuah Islamic Center di kota Manchester.

Senderos sebelumnya bermain untuk raksasa sepakbola Inggris, Arsenal, dan sekarang bermain untuk tim nasional negaranya, Swiss.

Philippe, lulusan teologi, menunjukkan banyak minat dalam agama-agama dunia dan menghabiskan sebagian besar waktunya di luar sepakbola untuk membaca segala hal mengenai agama sebelum dia memeluk Islam.

"Saya sangat tertarik pada agama-agama dunia dan membaca banyak buku tentang itu", Senderos berkata dalam sebuah wawancara dengan majalah Arsenal.

"Jika saya tidak bermain sepakbola, saya mungkin akan menjadi seorang imam", tambahnya.

Senderos akhirnya mencari pengetahuan untuk manfaat dan menemukan petunjuk dalam agama baru yang diyakininya, Islam. Alhamdulillah... 

Ketika Harus Memilih


Ketika Kita Harus Memilih

Silahkan pilih orang yang terpenting dalam sepanjang hidupmu.
Disaat menujuh jam-jam istirahat kelas, dosen mengatakan pada mahasiswa/mahasiswinya:

“Mari kita buat satu permainan, mohon bantu saya sebentar.”

Kemudian salah satu mahasiswi berjalan menuju pelataran papan tulis.

DOSEN: Silahkan tulis 20 nama yang paling dekat dengan anda, pada papan tulis.

Dalam sekejap sudah di tuliskan semuanya oleh mahasiswi tersebut. Ada nama tetangganya, teman kantornya, orang terkasih dan lain-lain.

DOSEN: Sekarang silahkan coret satu nama diantaranya yang menurut anda paling tidak penting !

Mahasiswi itu lalu mencoret satu nama, nama tetangganya.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi!

Kemudian mahasiswi itu mencoret satu nama teman kantornya lagi.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi !

Mahasiswi itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterusnya.

Sampai pada akhirnya diatas papan tulis hanya tersisa tiga nama, yaitu nama orang tuanya, suaminya dan nama anaknya.

Dalam kelas tiba-tiba terasa begitu sunyi tanpa suara, semua Mahasiswa/mahasiswi tertuju memandang ke arah dosen, dalam pikiran mereka (para mahasiswa/mahasiswi) mengira sudah selesai tidak ada lagi yang harus dipilih oleh mahasiswi itu.

Tiba-tiba dosen memecahkan keheningan dengan berkata, “Silahkan coret satu lagi!”

Dengan pelahan-lahan mahasiswi itu melakukan suatu pilihan yang amat sangat sulit. Dia kemudian mengambil kapur tulis, mencoret nama orang tuanya.

DOSEN: Silahkan coret satu lagi!

Hatinya menjadi binggung. Kemudian ia mengangkat kapur tulis tinggi-tinggi. Lambat laun menetapkan dan mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu, terdengar suara isak tangis, sepertinya sangat sedih.

Setelah suasana tenang, Dosen lalu bertanya, “Orang terkasihmu bukannya Orang tuamu dan Anakmu? Orang tua yang membesarkan anda, anak adalah anda yang melahirkan, sedang suami itu bisa dicari lagi. Tapi mengapa anda berbalik lebih memilih suami sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan ?

Semua teman sekelas mengarah padanya, menunggu apa yang akan di jawabnya.

Setelah agak tenang, kemudian pelahan-lahan ia berkata, “Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah besar setelah itu menikah bisa meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah suami saya.”

Note :
Terkadang dalam hidup ini kita sering di hadapkan akan pilihan sulit. Dan kita harus melalui semua itu dengan hati yang lapang.


sumber: http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=5507105

Selasa, 18 September 2012

Momen-momen Bahagia Kami

Wisuda Munawarah Karsya, 12 Mei 2012


Wisuda Rizki Zulfitri, 5 September 2012



Berdua Menjalani Susah dan Senang


Cinta dan Kesetiaan

Artikel Karya Ilmiah Rizki Zulfitri


TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU WASIT SEPAKBOLA C-1 DAN C-2 KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012


Rizki Zulfitri *)

Abstrak: Penelitian yang berjudul:“Tingkat kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012”. Wasit harus selalu fokus dan dalam keadaan fisik yang prima sepanjang pertandingan, mengikuti laju pemain dan bola sedekat mungkin sehingga tak ada hal  yang luput dari perhatian wasit. Seorang wasit dituntut mempunyai kebugaran jasmani yang baik serta menjaga kebugaran fisiknya dengan melakukan latihan-latihan peningkatan kondisi fisik secara rutin. Semakin baik kebugaran jasmani seorang wasit maka semakin baik pula vo2 max atau kemampuan kapasitas vital parunya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Seberapa tinggi Tingkat Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini tidak lepas dari permasalahan yang ada, untuk mengetahui Tingkat Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wasit sepakbola dengan sertifikat C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh yang berjumlah 13 orang. Dengan rinciannya Wasit yang berlisensi C-1 sebanyak 4 orang, sedangkan Wasit yang berlisensi C-2 sebanyak 9 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang di gunakan adalah tes kapasitas vital paru dengan menggunakan alat spirometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 mencapai 3453.85 ml dan termasuk kategori sedang, dengan kapasitas vital maksimal 4350 ml dan minimal 2100 ml, yang termasuk dalam kategori baik sekali 0 orang dengan presentase (0%) dalam kategori baik 1 orang dengan presentase (7.69%)kategori sedang menunjukkan angka yang paling besar yaitu 6 pemain dengan presentase (46.15%), kategori kurang 5 orang dengan presentase (38.46%) dan kategori kurang sekali 1 orang dengan presentase (7.69%).


Kata Kunci: Tingkat, Kapasitas Vital Paru, Wasit sepakbola

*) Alumni FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh


PENDAHULUAN
            Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN Tap MPR No. II/MPR/1988).
            Dalam sebuah permainan sepak bola kecuali para pemain tiap-tiap regu, juga tidak kalah pentingnya adanya seorang wasit dibantu oleh dua asisten wasit dan seorang wasit cadangan. Wasit adalah seseorang yang ditugasi untuk memimpin dan mengatur permainan agar tidak terjadi kecurangan, pelanggaran yang membahayakan dan lebih bersifat sebagai pengadil.
            Tanpa adanya seorang wasit permainan sepakbola akan menjadi permainan liar karena tidak ada orang yang disegani untuk mengatur tata cara dan tata tertib permainan. Untuk memimpin sebuah pertandingan seorang wasit dituntut adil dalam arti tidak memihak kepada salah satu regu, jeli dalam arti mengetahui dengan benar dan pasti peristiwa yang terjadi di lapangan, dan tegas tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Untuk itu seorang wasit harus menguasai tata cara dan peraturan permainan yang terus berkembang, maka seorang wasit diharuskan mengikuti terus perkembangan yang selalu ada dalam sepakbola.
            Manusia memiliki daya tahan, kekuatan dan kesehatan yang berbeda-beda, pada prinsipnya manusia ada yang memiliki daya tahan yang kuat dan ada juga yang memiliki daya tahan yang lemah. Keadaan ini akan mempengaruhi manusia untuk melakukan aktivitas yang berat maupun ringan. Dalam hal ini bisa dilihat seorang wasit dengan wasit yang lainnya memilikai daya tahan, kekuatan, dan kesehatan yang berbeda-beda.
Di samping alasan tersebut, alasan lain yang mendukung penelitian ini adalah Seorang wasit dituntut mempunyai kebugaran jasmani yang baik serta menjaga kebugaran fisiknya dengan melakukan latihan-latihan peningkatan kondisi fisik secara rutin. Semakin baik kebugaran jasmani seorang wasit maka semakin baik pula vo2 max atau kemampuan kapasitas vital parunya. Keadaan kapasitas vital paru seorang wasit yang satu dengan wasit lainnya tentu berbeda tergantung pada intensitas aktivitas fisiknya dan faktor-faktor lainnya. Maka dengan hal ini, dengan mengukur kapasitas vital paru wasit bisa dijadikan referensi dalam usaha peningkatan mutu wasit, khususnya wasit kota Banda Aceh.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pernafasan
Arti pernafasan sebenarnya adalah pertukaran gas antara tubuh dan sekitarnya, meskipun juga kadang-kadang berarti mengambil (menarik) dan menghembuskan (mengeluarkan nafas). Oksigen (O2) masuk ke dalam paru-paru dan udara keluar banyak mengandung karbondioksida (CO2). Di dalam tubuh manusia ada dua kali pertukaran gas yaitu antara udara dan darah (dalam paru-paru) dan di dalam jaringan antara darah dan sel-sel tubuh. Menarik nafas (inspirasi) dan mengeluarkan nafas (ekspirasi) dan keduanya disebut pernafasan (respirasi). Dengan demikian fungsi pernafasan adalah pertukaran gas dan penguapan uap air melalui ekspirasi (Tjaliek, 1991:30).

Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ tubuh tempat terjadinya pertukaran gas dari udara dan darah. Paru menempati hampir dari seluruh ronggga dada (toracic). Paru kanan lebih besar dari paru sebelah kiri, sebab di sebelah kiri terdapat jantung. Permukaan paru tidak halus yang mengandung serangkaian celah yang membaginya menjadi lobus-lobus. Lobus-lobus ini terbagi lagi menjadi sub lobus atau segmen yang dengan pembuluh darah dan bronchus yang berbeda-beda dalam paru yang mengandung kurang lebih 300 juta alveolus (Lukmanto, 1996)

Anatomi Paru
Batang tenggorok (trachea) ini bercabang dua masing-masing dinamakan bronchus, satu untuk paru-paru kiri dan satu paru-paru kanan. Tiap cabang bronchi besar bercabang lagi menjadi beberapa cabang lagi dan seterusnya sampai cabang yang semakin sempit.
Dinding trachea ini berupa cincin tulang rawan yang satu dengan yang lainya dihubungkan oleh jaringan pengikat sehingga merupakan paru yang supel dan kokoh.
Dindingnya makin ke ujung mekin menipis dan tulang rawanya makin berkurang. Bronchi yang halus ini dinamakan bronchioli. Pipa bronchi yang halus dinamakan bronchioli respiratori, yang akhirnya melebar merupakan kantong berbentuk corong (acinus). Dinding acinus ini tidak rata, merupakan gelembung-gelembung paru (alveoli).

Kapasitas Vital Paru dan Kerja Paru
Organ tubuh yang memilki suatu peranan yang penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Letak paru-paru di dalam rongga dada yang terdiri dari jaringan elastis
Fungsi paru adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Evelyn, 1993:219). Dalam bernapas setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda ada yang banyak dan ada yang sedikit. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas atau pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru (Evelyn, 1993:221).
Selain daripada bentuk anatomis seseorang, faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah (1) posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, (2) kekuatan otot pernapasan, dan (3) distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut compliance paru-paru. Kapasitas vital rata-rata pada manusisa muda kira-kira 4,6 liter, dan pada wanita dewasa muda kira-kira 3,1 liter, meskipun nilai-nilai itu jauh lebih besar daripada beberapa orang dengan berat badan yang sama daripada orang lain. Orang tinggi kurus biasanya memiliki kapasitas vital paru lebih besar daripada orang gendut, dan seorang atlet yang terlatih baik mungkin mempunyai kapasitas vital 30 sampai 40 persen diatas normal yaitu 6 sampai 7 liter (Guyton, 1997:155).

Fungsi Paru
Paru-paru merupakan organ tubuh tempat terjadinya pertukaran gas dari udara dan darah. Paru menempati hampir dari seluruh ronggga dada (toracic). Paru kanan lebih besar dari paru sebelah kiri, sebab di sebelah kiri terdapat jantung. Permukaan paru tidak halus yang mengandung serangkaian celah yang membaginya menjadi lobus-lobus. Lobus-lobus ini terbagi lagi menjadi sub lobus atau segmen yang dengan pembuluh darah dan bronchus yang berbeda-beda dalam paru yang mengandung kurang lebih 300 juta alveolus (Lukmanto, 1996)
Fungsi utama paru adalah tempat untuk pertukaran gas. Pada inspirasi udara atmosfer memasuki saluran nafas dan masuk ke dalam alveoli. Oksigen berdifusi dari alveolus melalui alveoli–alveoli ke dalam darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke dalam alveolus proses ini dikenal sebagai respirasi. Pada waktu ehalasi, berpindah dari alveoli ke jalan nafas pertukaran udara antara atmosfer dan paru disebut ventilasi (Wilkins, 1989:3).

Volume Paru
Volume yang tertinggal disebut sebagai volume sisa. Menurut Guyton (1997:154) volume paru-paru dituliskan empat volume paru bila semuanya dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini adalah sebagai berikut:
1)      Volume tidal adalah volume yang di inspirasi atau di ekspirasi pada setiap kali bernafas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada orang dewasa muda.
2)      Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat di inspirasi setelah dan di atas volume tidal, dan biasanya mencapai 3000 ml.
3)      Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara yanh masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya kira-kira adalah 1100 ml.
4)      Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini kira-kira 1200 ml.
Faktor yang mempengaruhi Volume dan Kapasitas Vital Paru
Menurut Harry (1989:126) berbagai macam volume dan kapasitas paru tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran dan pengembangan tubuh, tetapi juga oleh posisi tubuh. Apabila seseorang dalam keadaan berbaring, sebagian besar volume akan menurun hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu: Pertama, organ-organ yang ada di dalam rongga perut cenderung mendorong diafragma dan sebagai akibatnya dipengaruhi gravitasi pada posisi terlentang. Yang kedua, karena terjadi peningkatan volume darah pulmonal sebagai hasil dari perubahan tekanan hemo dinamik.
Selain daripada bentuk anatomis seseorang, faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah: 1) posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, 2) kekuatan otot pernapasan, dan 3) distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut compliance paru-paru.
Pengukuran Kapasitas Vital Paru
Untuk mengukur kapasitas vital paru dapat digunakan alat yang disebut spirometer. Dimana spirometer ini ada dua buah yaitu spirometer air dan spirometer udara, disini peneliti menggunakan spirometer udara. Sebagai catatan usahakan pada saat meniup jangan samapai ada udara yang keluar melalui hidung karena bias megurangi hasil pengukuran yang ada pada tabung tersebut.
Tjaliek (1991:38) mengemukakan untuk mengukur udara kapasitas vital paru sebagai berikut: Masukan udara yang dikeluarkan lewat mulut setelah melakukan pengambilan nafas maksimum ke dalam alat spirometer, melalui selang sampai tak bisa mengeluarkan nafas lagi. Selama mengeluarkan nafas tidak boleh berhenti, apalagi mengambil nafas dan posisi badan dalam keadaan tegak.
Setelah diadakan tes dengan spirometer maka norma nilai dan klasifikasi tingkat kapasitas vital paru seseorang dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1 Norma Penilaian dan Klasifikasi Kapasitas Vital Paru (Liter)
No
Klasifikasi
Nilai
1
Baik Sekali
>4.48
2
Baik
>3.91-4.47
3
Sedang
3.05-3.90
4
Kurang
2.48-3.09
5
Kurang Sekali
<2.47
Sumber : Puskesjasrek (1986:12)

Kaitan Sepakbola dengan Kapasitas Vital Paru
Seseorang akan mempunyai kapasitas vital paru yang besar. Pada atlet terlatih misalnya perenang, pembalap sepeda, pemain sepakbola dan cabang jenis olahraga aerobik (Tjaliek, 1991:28). Tidak mungkin untuk meningkatkan prestasi dibidang olahraga tanpa memperhatikan masalah pernafasan, karena masalah pernafasan bagi para olahragawan sangat menentukan sekali, disamping faktor-faktor lain yang diperlukan. Masalah pernafasan harus dihadapi secara khusus, melalui pembinaan dan latihan khusus, sehingga setiap olahragawan dapat mencapai target nilai volume. Merupakan persyaratan dalam pembinaan para olahragawan lebih lanjut dalam meningkatkan prestasinya (Usin, 1984:11).

Hubungan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru
Pada perubahan terhadap organ tubuh akibat olahraga, ada 2 organ tubuh yang terjadi bersama-sama dan sukar dipisahkan perubahannya. Pernapasan dan peredaran darah sering disebut dengan cardio respiratori, sedang otot dan saraf disebut neuro muscular. Pada cardiorespiratori dapat dipastikan pada orang berolahraga akan terjadi kenaikan fungsi dari respirasi maupun kenaikan dari cardio (termasuk darah dan pembuluhnya), ialah dengan terengah-engah dan berdebar-debar.
Dengan demikian hubungan antara olahraga dan kapasitas vital paru sangatlah berkaitan erat karena seseorang yang memiliki kapasitas vital paru yang baik maka dalam melakukan aktivitas olahraga dia tidak mudah merasakan mudah lelah dan dengan berolahraga teratur maka orang tersebut kapasitas vital parunya akan terawat dengan baik.

Wasit dan Perwasitan
Wasit adalah pengatur pertandingan di lapangan. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain dan pelatih dan ofisial sebuah tim. Wasit juga memiliki perlindungan penuh dari Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA) sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia atau dari lembaga sepak bola di suatu negara. Peran wasit sangat penting demi terselenggaranya sebuah pertandingan sepak bola dengan teratur.
Perwasitan salah satu bagian yang penting dalam usaha peningkatan olahraga, sebab keadaan wasit itu dapat mempengaruhi permainan para pemain dan mempengaruhi pertandingan serta menjaga kualitas pertandingan tersebut. Wasit adalah seseorang yang ditugasi untuk memimpin suatu pertandingan agar pertandingan bisa berjalan lancar, aman, teratur dan tidak menimbulkan hal-hal yang membahayakan.

METODE
Suatu penelitian yang tertuju pada masalah yang timbul pada masa sekarang ini dinamakan penelitian diskriptif, Surachmad (1982:139) mengatakan penelitian diskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif-kuantitatif, ialah suatu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan dengan bentuk bilangan atau angka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Rancangan design penelitian yang digunakan adalah tes tingkat kapasitas vital paru dengan mewajibkan testee melakukan instrumen tes kapasitas vital paru. Desain penelitian yang digunakan adalah “desain one-shot case study”. Yang dimaksud dengan one shoot case study adalah pengumpulan data dengan metode sekali tembak (Arikunto, 2001:79).

HASIL
Hasil Penelitian
Data pengukuran kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh tahun 2012 di peroleh hasil penelitian yang di uraikan dalam tabel 2 yang ada di bawah ini;

Tabel 2    Hasil Tes Kapasitas Vital Paru Wasit-wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012

No
Nama
Umur (tahun)
Lisensi
Nilai (mililiter)
Klasifikasi
1.
Adhi Sismanto
29
C-2
4350
Baik
2.
Agus Biar Setiawan
30
C-2
3400
Sedang
3.
Anwar
43
C-1
3000
Kurang
4.
Faurlurossi
31
C-1
3800
Sedang
5.
Hendra Saputra
30
C-2
3650
Sedang
6.
Hendrika Saputra
27
C-2
3850
Sedang
7.
Indra Gunawan
38
C-2
3000
Kurang
8.
Jailani
45
C-2
3000
Kurang
9.
Khalid Almakmum
35
C-1
3200
Sedang
10.
Mardani
38
C-1
2600
Kurang
11.
M.Rusdi
40
C-2
2850
Kurang
12.
Saidi Bakri
44
C-2
3100
Sedang
13.
Syamsudin
45
C-2
2100
Kurang Sekali
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Deskriptif Data Hasil Penelitian
Data pengukuran kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 di peroleh hasil tabel 3 yang ada di bawah ini;
Tabel 3 Rangkuman Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Kapasitas Vital Paru Wasit-wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012

Sumber variasi
Kapasitas Vital Paru (ml)
Rata-rata
3453.85
S
612.12
S2
374690.89
Maksimal
4350
Minimal
2100
Modus
3000
Median
3100
N
13
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 mencapai 3453.85 ml dan termasuk kategori sedang, dengan kapasitas vital maksimal 4350 ml dan minimal 2100 ml.

Distribusi Kapasitas Vital Paru
Berdasarkan hasil pengukuraan kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 pada lampiran diperoleh hasil tabel 4 yang ada dibawah ini:

Tabel 4 Distribusi kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh tahun 2012
Klasifikasi
F
%
Baik Sekali
-
0 %
Baik
1
7.69%
Sedang
6
46.15%
Kurang
5
38.46%
Kurang Sekali
1
7.69%
Jumlah
13
99.99%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 yaitu 0 orang (0%) kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali, 1 orang (7.69%) memiliki kapasitas vital paru dalam kategori baik, 6 orang (46.15%) memiliki kapasitas vital paru dalam kategori sedang, selebihnya yaitu 5 orang (38.46%) memiliki kapasitas vital paru kurang dan 1 orang (7.69%) kapasitas vital paru dalam kategori kurang sekali.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase bahwa kapasitas vital paru wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 dengan jumlah wasit 13 orang yang termasuk dalam kategori baik sekali 0 orang dengan presentase (0%), dalam kategori baik 1 orang dengan presentase (7.69%), kategori sedang menunjukkan angka yang paling besar yaitu 6 pemain dengan presentase (46.15%), kategori kurang 5 orang dengan presentase (38.46%) dan kategori kurang sekali 1 orang dengan presentase (7.69%).
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan tidak adanya wasit yang mempunyai tingkat kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali. Hal ini dapat dimaklumi mengingat untuk mendapatkan tingkat kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali sangat berat, butuh latihan yang kontinu dan dalam waktu yang lama. Biasanya kategori ini hanya sanggup diisi oleh atlet yang masih aktif, masih berusia muda, dan menekuni olahraga dengan tingkat kebugaran fisik yang bagus contoh sepakbola, atletik, basket, dan lain-lain.
Dalam kategori baik hanya terdapat 1 orang, dengan nilai kapasitas vital paru 4350 mililiter. Nilai tersebut adalah nilai maksimum, nilai terbesar dibanding wasit-wasit yang lain. Melihat latar belakang peserta tes tersebut adalah seorang anggota Tentara Nasional Indonesia yang masih aktif dan masih berusia muda untuk seukuran wasit (29 tahun) dan masih dijenjang daerah (lisensi C-2) memungkinkan untuk berkembang ke jenjang yang lebih baik.
Berikutnya, dalam kategori sedang terdapat 6 orang. Bisa di katakan kategori ini adalah kategori rata-rata, karna sebagian besar wasit berada dalam kategori ini. Dalam kategori ini terdiri dari wasit-wasit yang masih muda yang masih memungkinkan untuk berkembang. Karier yang masih panjang mambuat wasit termotivasi menjaga kondisi kebugaran fisiknya dengan rutin melakukan latihan-latihan, baik untuk menjaga maupun meningkatkan kebugaran fisiknya masing-masing.
Berikutnya, Kategori kurang terdapat 5 orang wasit. Melihat latar belakang wasit yang berada dikategori ini adalah wasit-wasit yang sudah mendekati masa pensiun. Umur yang tidak lagi muda mengurangi kemampuan fisik seorang wasit. Motivasi untuk mengembangkan karier sudah tidak seperti saat mereka masih muda. Kemampuan beliau-beliau untk memimpin pertandingan patut dipertanyakan mengingat kebugaran fisiknya yang kurang memadai.
Berikutnya, kategori kurang sekali tedapat 1 orang. Dengan nilai kapasitas vital paru 2100 mililiter, terendah di banding wasit-wasit yang lain. Melihat latar belakang peserta tes yang sudah berusia 45 tahun merupakan salah satu faktor yang mengurangi kemampuan fisiknya. Di tambah dengan kurangnya aktivitas menjaga kebugaran jasmani, serta kebiasaan merokok membuat beliau bisa dikatakan tidak layak memimpin sebuah pertandingan bersifat resmi.
Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas vital paru pada  wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 dalam kategori sedang, yang mengindikasikan bahwa kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen dalam paru secara maksimal masih tergolong sedang. Hal ini disebabkan oleh porsi latihan aerobik yang masih kurang di lakukan oleh wasit sendiri dalam peningkatan kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh. Sehingga kapasitas vital paru para wasit sepakbola kota Banda Aceh  kerjanya belum optimal sesuai dengan kebutuhan dalam tugas sebagai pemimpin pertandingan  sepakbola.

PENUTUP
Simpulan
Tingkat Kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 menunjukkan nilai tertinggi dalam kategori baik dan nilai terendah dalam kategori kurang sekali dengan nilai rata-rata dalam kategori sedang. Dari seluruh wasit sebagian besar memiliki kapasitas vital paru dalam kategori sedang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 sebagian besar belum mencapai kapasitas vital paru yang sesuai standar (dalam kategori baik).
            Tingkat Kapasitas vital paru wasit-wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Kota Banda Aceh tahun 2012 secara perseorangan banyak yang dalam kategori baik ada yang dalam kategori sedang dan ada yang dalam kategori kurang bahkan ada yang dalam kategori kurang sekali.

Saran
Para wasit hendaknya menjaga kondisi fisiknya masing-masing dengan menggunakan  porsi latihan yang lebih menekankan pada latihan-latihan aerobik yang dapat meningkatkan kapasitas vital paru secara optimal.
Komisi wasit PSSI cabang Kota Banda Aceh hendaknya mengawasi serta memberikan porsi latihan yang sesuai dengan standar perwasitan cabang olahraga kepada para wasit dengan menggunakan intensitas, frekwensi, lama latihan dan macam latihan peningkatan kondisi fisik.
Dilakukan penelitian ulang, dengan materi yang sama tetapi dengan daerah yang lebih luas misalnya Provinsi Aceh sebab pekembangan persepakbolaan yang semakin maju menuntut wasit yang baik mengenai teknik, pengetahuan maupun tingkat kondisi fisiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Bambang Slameto, H. S.Sos, 2001, Rangkuman Peraturan Perwasitan, Materi
               Kursus Perwasitan Sepakbola C II dan C III Pengda PSSI Jawa Tengah.

Guyton Artur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jilid II, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Hasjim Efendi. 1983. Fisiologi Pernafasan dan Pathofisiologi, Bandung.

Jos Usin, 1984. Pernafasan Untuk Kesehatan, Bandung: Rusli Lahani Yunus.

Jusnul Hairy. 1987. Fisiologi Olahraga, Jakarta: Depdikbud.

M.T. Drajat. 1986. Anertesiologi, Jakarta: Aksara Medisina.

Pearce Evelyn, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis, Jakarta: Gramedia Pustaka.

Petrus Lukmanto. 1987. Sistem Pernafasan, Jakarta: Depdikbud.

R. Sukarman, 1999. Dasar Olahraga, Jakarta: Inti Idayu Press.

Sudjana, 2005. Metoda Statistika Edisi 6, Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi, 1993. Statistik 1, Yogyakarta : Fakultas Psik. UGM.
----------------2000. Statisitk jilid II, Yogyakarta: Andi Offset.

Tjalik Soegiardo. 1992. Ilmu Faal, Jakarta: Depdikbud.

Wilkin Rober L. 1989. Auskultasi Paru, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

William F. Ganong. 1983. Fisiologi Kedokteran, Jakarta: Anggota IKAPI.

 Wirawan, 1976. Pernafasan, Jakarta: CV Akadoma.