Selasa, 18 September 2012

Artikel Karya Ilmiah Rizki Zulfitri


TINGKAT KAPASITAS VITAL PARU WASIT SEPAKBOLA C-1 DAN C-2 KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012


Rizki Zulfitri *)

Abstrak: Penelitian yang berjudul:“Tingkat kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012”. Wasit harus selalu fokus dan dalam keadaan fisik yang prima sepanjang pertandingan, mengikuti laju pemain dan bola sedekat mungkin sehingga tak ada hal  yang luput dari perhatian wasit. Seorang wasit dituntut mempunyai kebugaran jasmani yang baik serta menjaga kebugaran fisiknya dengan melakukan latihan-latihan peningkatan kondisi fisik secara rutin. Semakin baik kebugaran jasmani seorang wasit maka semakin baik pula vo2 max atau kemampuan kapasitas vital parunya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Seberapa tinggi Tingkat Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini tidak lepas dari permasalahan yang ada, untuk mengetahui Tingkat Kapasitas Vital Paru Wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wasit sepakbola dengan sertifikat C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh yang berjumlah 13 orang. Dengan rinciannya Wasit yang berlisensi C-1 sebanyak 4 orang, sedangkan Wasit yang berlisensi C-2 sebanyak 9 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang di gunakan adalah tes kapasitas vital paru dengan menggunakan alat spirometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 mencapai 3453.85 ml dan termasuk kategori sedang, dengan kapasitas vital maksimal 4350 ml dan minimal 2100 ml, yang termasuk dalam kategori baik sekali 0 orang dengan presentase (0%) dalam kategori baik 1 orang dengan presentase (7.69%)kategori sedang menunjukkan angka yang paling besar yaitu 6 pemain dengan presentase (46.15%), kategori kurang 5 orang dengan presentase (38.46%) dan kategori kurang sekali 1 orang dengan presentase (7.69%).


Kata Kunci: Tingkat, Kapasitas Vital Paru, Wasit sepakbola

*) Alumni FKIP Universitas Syiah Kuala Darussalam-Banda Aceh


PENDAHULUAN
            Olahraga adalah salah satu bentuk dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang diarahkan pada pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional (GBHN Tap MPR No. II/MPR/1988).
            Dalam sebuah permainan sepak bola kecuali para pemain tiap-tiap regu, juga tidak kalah pentingnya adanya seorang wasit dibantu oleh dua asisten wasit dan seorang wasit cadangan. Wasit adalah seseorang yang ditugasi untuk memimpin dan mengatur permainan agar tidak terjadi kecurangan, pelanggaran yang membahayakan dan lebih bersifat sebagai pengadil.
            Tanpa adanya seorang wasit permainan sepakbola akan menjadi permainan liar karena tidak ada orang yang disegani untuk mengatur tata cara dan tata tertib permainan. Untuk memimpin sebuah pertandingan seorang wasit dituntut adil dalam arti tidak memihak kepada salah satu regu, jeli dalam arti mengetahui dengan benar dan pasti peristiwa yang terjadi di lapangan, dan tegas tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Untuk itu seorang wasit harus menguasai tata cara dan peraturan permainan yang terus berkembang, maka seorang wasit diharuskan mengikuti terus perkembangan yang selalu ada dalam sepakbola.
            Manusia memiliki daya tahan, kekuatan dan kesehatan yang berbeda-beda, pada prinsipnya manusia ada yang memiliki daya tahan yang kuat dan ada juga yang memiliki daya tahan yang lemah. Keadaan ini akan mempengaruhi manusia untuk melakukan aktivitas yang berat maupun ringan. Dalam hal ini bisa dilihat seorang wasit dengan wasit yang lainnya memilikai daya tahan, kekuatan, dan kesehatan yang berbeda-beda.
Di samping alasan tersebut, alasan lain yang mendukung penelitian ini adalah Seorang wasit dituntut mempunyai kebugaran jasmani yang baik serta menjaga kebugaran fisiknya dengan melakukan latihan-latihan peningkatan kondisi fisik secara rutin. Semakin baik kebugaran jasmani seorang wasit maka semakin baik pula vo2 max atau kemampuan kapasitas vital parunya. Keadaan kapasitas vital paru seorang wasit yang satu dengan wasit lainnya tentu berbeda tergantung pada intensitas aktivitas fisiknya dan faktor-faktor lainnya. Maka dengan hal ini, dengan mengukur kapasitas vital paru wasit bisa dijadikan referensi dalam usaha peningkatan mutu wasit, khususnya wasit kota Banda Aceh.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pernafasan
Arti pernafasan sebenarnya adalah pertukaran gas antara tubuh dan sekitarnya, meskipun juga kadang-kadang berarti mengambil (menarik) dan menghembuskan (mengeluarkan nafas). Oksigen (O2) masuk ke dalam paru-paru dan udara keluar banyak mengandung karbondioksida (CO2). Di dalam tubuh manusia ada dua kali pertukaran gas yaitu antara udara dan darah (dalam paru-paru) dan di dalam jaringan antara darah dan sel-sel tubuh. Menarik nafas (inspirasi) dan mengeluarkan nafas (ekspirasi) dan keduanya disebut pernafasan (respirasi). Dengan demikian fungsi pernafasan adalah pertukaran gas dan penguapan uap air melalui ekspirasi (Tjaliek, 1991:30).

Paru-Paru
Paru-paru merupakan organ tubuh tempat terjadinya pertukaran gas dari udara dan darah. Paru menempati hampir dari seluruh ronggga dada (toracic). Paru kanan lebih besar dari paru sebelah kiri, sebab di sebelah kiri terdapat jantung. Permukaan paru tidak halus yang mengandung serangkaian celah yang membaginya menjadi lobus-lobus. Lobus-lobus ini terbagi lagi menjadi sub lobus atau segmen yang dengan pembuluh darah dan bronchus yang berbeda-beda dalam paru yang mengandung kurang lebih 300 juta alveolus (Lukmanto, 1996)

Anatomi Paru
Batang tenggorok (trachea) ini bercabang dua masing-masing dinamakan bronchus, satu untuk paru-paru kiri dan satu paru-paru kanan. Tiap cabang bronchi besar bercabang lagi menjadi beberapa cabang lagi dan seterusnya sampai cabang yang semakin sempit.
Dinding trachea ini berupa cincin tulang rawan yang satu dengan yang lainya dihubungkan oleh jaringan pengikat sehingga merupakan paru yang supel dan kokoh.
Dindingnya makin ke ujung mekin menipis dan tulang rawanya makin berkurang. Bronchi yang halus ini dinamakan bronchioli. Pipa bronchi yang halus dinamakan bronchioli respiratori, yang akhirnya melebar merupakan kantong berbentuk corong (acinus). Dinding acinus ini tidak rata, merupakan gelembung-gelembung paru (alveoli).

Kapasitas Vital Paru dan Kerja Paru
Organ tubuh yang memilki suatu peranan yang penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Letak paru-paru di dalam rongga dada yang terdiri dari jaringan elastis
Fungsi paru adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Evelyn, 1993:219). Dalam bernapas setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda ada yang banyak dan ada yang sedikit. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas atau pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paru-paru (Evelyn, 1993:221).
Selain daripada bentuk anatomis seseorang, faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah (1) posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, (2) kekuatan otot pernapasan, dan (3) distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut compliance paru-paru. Kapasitas vital rata-rata pada manusisa muda kira-kira 4,6 liter, dan pada wanita dewasa muda kira-kira 3,1 liter, meskipun nilai-nilai itu jauh lebih besar daripada beberapa orang dengan berat badan yang sama daripada orang lain. Orang tinggi kurus biasanya memiliki kapasitas vital paru lebih besar daripada orang gendut, dan seorang atlet yang terlatih baik mungkin mempunyai kapasitas vital 30 sampai 40 persen diatas normal yaitu 6 sampai 7 liter (Guyton, 1997:155).

Fungsi Paru
Paru-paru merupakan organ tubuh tempat terjadinya pertukaran gas dari udara dan darah. Paru menempati hampir dari seluruh ronggga dada (toracic). Paru kanan lebih besar dari paru sebelah kiri, sebab di sebelah kiri terdapat jantung. Permukaan paru tidak halus yang mengandung serangkaian celah yang membaginya menjadi lobus-lobus. Lobus-lobus ini terbagi lagi menjadi sub lobus atau segmen yang dengan pembuluh darah dan bronchus yang berbeda-beda dalam paru yang mengandung kurang lebih 300 juta alveolus (Lukmanto, 1996)
Fungsi utama paru adalah tempat untuk pertukaran gas. Pada inspirasi udara atmosfer memasuki saluran nafas dan masuk ke dalam alveoli. Oksigen berdifusi dari alveolus melalui alveoli–alveoli ke dalam darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke dalam alveolus proses ini dikenal sebagai respirasi. Pada waktu ehalasi, berpindah dari alveoli ke jalan nafas pertukaran udara antara atmosfer dan paru disebut ventilasi (Wilkins, 1989:3).

Volume Paru
Volume yang tertinggal disebut sebagai volume sisa. Menurut Guyton (1997:154) volume paru-paru dituliskan empat volume paru bila semuanya dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Arti dari masing-masing volume ini adalah sebagai berikut:
1)      Volume tidal adalah volume yang di inspirasi atau di ekspirasi pada setiap kali bernafas normal, besarnya kira-kira 500 ml pada orang dewasa muda.
2)      Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang dapat di inspirasi setelah dan di atas volume tidal, dan biasanya mencapai 3000 ml.
3)      Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara yanh masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya kira-kira adalah 1100 ml.
4)      Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini kira-kira 1200 ml.
Faktor yang mempengaruhi Volume dan Kapasitas Vital Paru
Menurut Harry (1989:126) berbagai macam volume dan kapasitas paru tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran dan pengembangan tubuh, tetapi juga oleh posisi tubuh. Apabila seseorang dalam keadaan berbaring, sebagian besar volume akan menurun hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu: Pertama, organ-organ yang ada di dalam rongga perut cenderung mendorong diafragma dan sebagai akibatnya dipengaruhi gravitasi pada posisi terlentang. Yang kedua, karena terjadi peningkatan volume darah pulmonal sebagai hasil dari perubahan tekanan hemo dinamik.
Selain daripada bentuk anatomis seseorang, faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital paru adalah: 1) posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital, 2) kekuatan otot pernapasan, dan 3) distensibilitas paru-paru dan rangka dada, yang disebut compliance paru-paru.
Pengukuran Kapasitas Vital Paru
Untuk mengukur kapasitas vital paru dapat digunakan alat yang disebut spirometer. Dimana spirometer ini ada dua buah yaitu spirometer air dan spirometer udara, disini peneliti menggunakan spirometer udara. Sebagai catatan usahakan pada saat meniup jangan samapai ada udara yang keluar melalui hidung karena bias megurangi hasil pengukuran yang ada pada tabung tersebut.
Tjaliek (1991:38) mengemukakan untuk mengukur udara kapasitas vital paru sebagai berikut: Masukan udara yang dikeluarkan lewat mulut setelah melakukan pengambilan nafas maksimum ke dalam alat spirometer, melalui selang sampai tak bisa mengeluarkan nafas lagi. Selama mengeluarkan nafas tidak boleh berhenti, apalagi mengambil nafas dan posisi badan dalam keadaan tegak.
Setelah diadakan tes dengan spirometer maka norma nilai dan klasifikasi tingkat kapasitas vital paru seseorang dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1 Norma Penilaian dan Klasifikasi Kapasitas Vital Paru (Liter)
No
Klasifikasi
Nilai
1
Baik Sekali
>4.48
2
Baik
>3.91-4.47
3
Sedang
3.05-3.90
4
Kurang
2.48-3.09
5
Kurang Sekali
<2.47
Sumber : Puskesjasrek (1986:12)

Kaitan Sepakbola dengan Kapasitas Vital Paru
Seseorang akan mempunyai kapasitas vital paru yang besar. Pada atlet terlatih misalnya perenang, pembalap sepeda, pemain sepakbola dan cabang jenis olahraga aerobik (Tjaliek, 1991:28). Tidak mungkin untuk meningkatkan prestasi dibidang olahraga tanpa memperhatikan masalah pernafasan, karena masalah pernafasan bagi para olahragawan sangat menentukan sekali, disamping faktor-faktor lain yang diperlukan. Masalah pernafasan harus dihadapi secara khusus, melalui pembinaan dan latihan khusus, sehingga setiap olahragawan dapat mencapai target nilai volume. Merupakan persyaratan dalam pembinaan para olahragawan lebih lanjut dalam meningkatkan prestasinya (Usin, 1984:11).

Hubungan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru
Pada perubahan terhadap organ tubuh akibat olahraga, ada 2 organ tubuh yang terjadi bersama-sama dan sukar dipisahkan perubahannya. Pernapasan dan peredaran darah sering disebut dengan cardio respiratori, sedang otot dan saraf disebut neuro muscular. Pada cardiorespiratori dapat dipastikan pada orang berolahraga akan terjadi kenaikan fungsi dari respirasi maupun kenaikan dari cardio (termasuk darah dan pembuluhnya), ialah dengan terengah-engah dan berdebar-debar.
Dengan demikian hubungan antara olahraga dan kapasitas vital paru sangatlah berkaitan erat karena seseorang yang memiliki kapasitas vital paru yang baik maka dalam melakukan aktivitas olahraga dia tidak mudah merasakan mudah lelah dan dengan berolahraga teratur maka orang tersebut kapasitas vital parunya akan terawat dengan baik.

Wasit dan Perwasitan
Wasit adalah pengatur pertandingan di lapangan. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh pemain dan pelatih dan ofisial sebuah tim. Wasit juga memiliki perlindungan penuh dari Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA) sebagai lembaga tertinggi sepak bola dunia atau dari lembaga sepak bola di suatu negara. Peran wasit sangat penting demi terselenggaranya sebuah pertandingan sepak bola dengan teratur.
Perwasitan salah satu bagian yang penting dalam usaha peningkatan olahraga, sebab keadaan wasit itu dapat mempengaruhi permainan para pemain dan mempengaruhi pertandingan serta menjaga kualitas pertandingan tersebut. Wasit adalah seseorang yang ditugasi untuk memimpin suatu pertandingan agar pertandingan bisa berjalan lancar, aman, teratur dan tidak menimbulkan hal-hal yang membahayakan.

METODE
Suatu penelitian yang tertuju pada masalah yang timbul pada masa sekarang ini dinamakan penelitian diskriptif, Surachmad (1982:139) mengatakan penelitian diskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif-kuantitatif, ialah suatu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan dengan bentuk bilangan atau angka.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Rancangan design penelitian yang digunakan adalah tes tingkat kapasitas vital paru dengan mewajibkan testee melakukan instrumen tes kapasitas vital paru. Desain penelitian yang digunakan adalah “desain one-shot case study”. Yang dimaksud dengan one shoot case study adalah pengumpulan data dengan metode sekali tembak (Arikunto, 2001:79).

HASIL
Hasil Penelitian
Data pengukuran kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh tahun 2012 di peroleh hasil penelitian yang di uraikan dalam tabel 2 yang ada di bawah ini;

Tabel 2    Hasil Tes Kapasitas Vital Paru Wasit-wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012

No
Nama
Umur (tahun)
Lisensi
Nilai (mililiter)
Klasifikasi
1.
Adhi Sismanto
29
C-2
4350
Baik
2.
Agus Biar Setiawan
30
C-2
3400
Sedang
3.
Anwar
43
C-1
3000
Kurang
4.
Faurlurossi
31
C-1
3800
Sedang
5.
Hendra Saputra
30
C-2
3650
Sedang
6.
Hendrika Saputra
27
C-2
3850
Sedang
7.
Indra Gunawan
38
C-2
3000
Kurang
8.
Jailani
45
C-2
3000
Kurang
9.
Khalid Almakmum
35
C-1
3200
Sedang
10.
Mardani
38
C-1
2600
Kurang
11.
M.Rusdi
40
C-2
2850
Kurang
12.
Saidi Bakri
44
C-2
3100
Sedang
13.
Syamsudin
45
C-2
2100
Kurang Sekali
(Sumber: Data Hasil Penelitian)

Deskriptif Data Hasil Penelitian
Data pengukuran kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 di peroleh hasil tabel 3 yang ada di bawah ini;
Tabel 3 Rangkuman Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Kapasitas Vital Paru Wasit-wasit Sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh Tahun 2012

Sumber variasi
Kapasitas Vital Paru (ml)
Rata-rata
3453.85
S
612.12
S2
374690.89
Maksimal
4350
Minimal
2100
Modus
3000
Median
3100
N
13
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 mencapai 3453.85 ml dan termasuk kategori sedang, dengan kapasitas vital maksimal 4350 ml dan minimal 2100 ml.

Distribusi Kapasitas Vital Paru
Berdasarkan hasil pengukuraan kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 pada lampiran diperoleh hasil tabel 4 yang ada dibawah ini:

Tabel 4 Distribusi kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Banda Aceh tahun 2012
Klasifikasi
F
%
Baik Sekali
-
0 %
Baik
1
7.69%
Sedang
6
46.15%
Kurang
5
38.46%
Kurang Sekali
1
7.69%
Jumlah
13
99.99%
(Sumber: Data Hasil Penelitian)
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 yaitu 0 orang (0%) kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali, 1 orang (7.69%) memiliki kapasitas vital paru dalam kategori baik, 6 orang (46.15%) memiliki kapasitas vital paru dalam kategori sedang, selebihnya yaitu 5 orang (38.46%) memiliki kapasitas vital paru kurang dan 1 orang (7.69%) kapasitas vital paru dalam kategori kurang sekali.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase bahwa kapasitas vital paru wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 dengan jumlah wasit 13 orang yang termasuk dalam kategori baik sekali 0 orang dengan presentase (0%), dalam kategori baik 1 orang dengan presentase (7.69%), kategori sedang menunjukkan angka yang paling besar yaitu 6 pemain dengan presentase (46.15%), kategori kurang 5 orang dengan presentase (38.46%) dan kategori kurang sekali 1 orang dengan presentase (7.69%).
Berdasarkan hasil di atas menunjukkan tidak adanya wasit yang mempunyai tingkat kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali. Hal ini dapat dimaklumi mengingat untuk mendapatkan tingkat kapasitas vital paru dalam kategori baik sekali sangat berat, butuh latihan yang kontinu dan dalam waktu yang lama. Biasanya kategori ini hanya sanggup diisi oleh atlet yang masih aktif, masih berusia muda, dan menekuni olahraga dengan tingkat kebugaran fisik yang bagus contoh sepakbola, atletik, basket, dan lain-lain.
Dalam kategori baik hanya terdapat 1 orang, dengan nilai kapasitas vital paru 4350 mililiter. Nilai tersebut adalah nilai maksimum, nilai terbesar dibanding wasit-wasit yang lain. Melihat latar belakang peserta tes tersebut adalah seorang anggota Tentara Nasional Indonesia yang masih aktif dan masih berusia muda untuk seukuran wasit (29 tahun) dan masih dijenjang daerah (lisensi C-2) memungkinkan untuk berkembang ke jenjang yang lebih baik.
Berikutnya, dalam kategori sedang terdapat 6 orang. Bisa di katakan kategori ini adalah kategori rata-rata, karna sebagian besar wasit berada dalam kategori ini. Dalam kategori ini terdiri dari wasit-wasit yang masih muda yang masih memungkinkan untuk berkembang. Karier yang masih panjang mambuat wasit termotivasi menjaga kondisi kebugaran fisiknya dengan rutin melakukan latihan-latihan, baik untuk menjaga maupun meningkatkan kebugaran fisiknya masing-masing.
Berikutnya, Kategori kurang terdapat 5 orang wasit. Melihat latar belakang wasit yang berada dikategori ini adalah wasit-wasit yang sudah mendekati masa pensiun. Umur yang tidak lagi muda mengurangi kemampuan fisik seorang wasit. Motivasi untuk mengembangkan karier sudah tidak seperti saat mereka masih muda. Kemampuan beliau-beliau untk memimpin pertandingan patut dipertanyakan mengingat kebugaran fisiknya yang kurang memadai.
Berikutnya, kategori kurang sekali tedapat 1 orang. Dengan nilai kapasitas vital paru 2100 mililiter, terendah di banding wasit-wasit yang lain. Melihat latar belakang peserta tes yang sudah berusia 45 tahun merupakan salah satu faktor yang mengurangi kemampuan fisiknya. Di tambah dengan kurangnya aktivitas menjaga kebugaran jasmani, serta kebiasaan merokok membuat beliau bisa dikatakan tidak layak memimpin sebuah pertandingan bersifat resmi.
Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas vital paru pada  wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 dalam kategori sedang, yang mengindikasikan bahwa kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen dalam paru secara maksimal masih tergolong sedang. Hal ini disebabkan oleh porsi latihan aerobik yang masih kurang di lakukan oleh wasit sendiri dalam peningkatan kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh. Sehingga kapasitas vital paru para wasit sepakbola kota Banda Aceh  kerjanya belum optimal sesuai dengan kebutuhan dalam tugas sebagai pemimpin pertandingan  sepakbola.

PENUTUP
Simpulan
Tingkat Kapasitas vital paru pada wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 menunjukkan nilai tertinggi dalam kategori baik dan nilai terendah dalam kategori kurang sekali dengan nilai rata-rata dalam kategori sedang. Dari seluruh wasit sebagian besar memiliki kapasitas vital paru dalam kategori sedang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa wasit sepakbola C-1 dan C-2 kota Banda Aceh tahun 2012 sebagian besar belum mencapai kapasitas vital paru yang sesuai standar (dalam kategori baik).
            Tingkat Kapasitas vital paru wasit-wasit sepakbola C-1 dan C-2 Kota Kota Banda Aceh tahun 2012 secara perseorangan banyak yang dalam kategori baik ada yang dalam kategori sedang dan ada yang dalam kategori kurang bahkan ada yang dalam kategori kurang sekali.

Saran
Para wasit hendaknya menjaga kondisi fisiknya masing-masing dengan menggunakan  porsi latihan yang lebih menekankan pada latihan-latihan aerobik yang dapat meningkatkan kapasitas vital paru secara optimal.
Komisi wasit PSSI cabang Kota Banda Aceh hendaknya mengawasi serta memberikan porsi latihan yang sesuai dengan standar perwasitan cabang olahraga kepada para wasit dengan menggunakan intensitas, frekwensi, lama latihan dan macam latihan peningkatan kondisi fisik.
Dilakukan penelitian ulang, dengan materi yang sama tetapi dengan daerah yang lebih luas misalnya Provinsi Aceh sebab pekembangan persepakbolaan yang semakin maju menuntut wasit yang baik mengenai teknik, pengetahuan maupun tingkat kondisi fisiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Bambang Slameto, H. S.Sos, 2001, Rangkuman Peraturan Perwasitan, Materi
               Kursus Perwasitan Sepakbola C II dan C III Pengda PSSI Jawa Tengah.

Guyton Artur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Jilid II, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Hasjim Efendi. 1983. Fisiologi Pernafasan dan Pathofisiologi, Bandung.

Jos Usin, 1984. Pernafasan Untuk Kesehatan, Bandung: Rusli Lahani Yunus.

Jusnul Hairy. 1987. Fisiologi Olahraga, Jakarta: Depdikbud.

M.T. Drajat. 1986. Anertesiologi, Jakarta: Aksara Medisina.

Pearce Evelyn, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis, Jakarta: Gramedia Pustaka.

Petrus Lukmanto. 1987. Sistem Pernafasan, Jakarta: Depdikbud.

R. Sukarman, 1999. Dasar Olahraga, Jakarta: Inti Idayu Press.

Sudjana, 2005. Metoda Statistika Edisi 6, Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi, 1993. Statistik 1, Yogyakarta : Fakultas Psik. UGM.
----------------2000. Statisitk jilid II, Yogyakarta: Andi Offset.

Tjalik Soegiardo. 1992. Ilmu Faal, Jakarta: Depdikbud.

Wilkin Rober L. 1989. Auskultasi Paru, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

William F. Ganong. 1983. Fisiologi Kedokteran, Jakarta: Anggota IKAPI.

 Wirawan, 1976. Pernafasan, Jakarta: CV Akadoma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar