Senin, 24 September 2012

Di sanakah Ku Berlabuh...

Liburan Eksotis Di Pulau Lembata

sergapntt.com [LEWOLEBA] -> Nusa Tenggara Timur penuh pesona. Begitulah ingatan wisatawan asing sepulang dari Lembata. Kata mereka, salah satu Kabupaten dari 21 kabupaten/kota di wilayah Nusa Tenggara Timur itu memiliki potensi pariwisata yang eksotis lengkap dengan budaya dan keindahan alam yang sempurna.
Selain memiliki obyek wisata seperti Sabutobo Air Panas, Minggar Pantai Berpasir Putih, Pantai Lowolein, Pantai Kacang, Taman Laut, Wisata Pantai dan pesta kacang di kaki Gunung Ile Ape, warga Lembata juga memiliki tradisi penangkapan Ikan Paus. Konon tradisi ini dilakukan berdasarkan perintah adat.
Penangkapan Ikan Paus juga bersentuhan dengan pesona perairan. Itu karena tradisi di Desa Lamalera tersebut sebagian besar berlangsung di lautan Lembata. Lewat tradisi inilah, Lembata berkesempatan untuk habis-habisan mengekspos pesona lautan. Kesan wisatawan tentang Lembata adalah ketenangan lautnya. Berada diatas lautan Lembata seolah tidur di hotel berbintang lima. Potensi budaya dan pariwisata di Lembata boleh dibilang sebagai jantungnya pariwisata di Timur Pulau Flores.
Sebelum berangkat ke laut, seorang lamafa (penikam ikan paus) dan para awak perahu mendapat sajian tarian menikam ikan. Sedangkan, khusus untuk perahu yang dipakai membelah lautan, adat memberikan penghormatan melalui pesta paledang atau seve motti. Peledang adalah istilah bahasa setempat yang berarti perahu para penikam ikan.
Selain tarian, tradisi ini juga dihangatkan oleh senandung lokal. Para penikam ikan akan semakin berlipat keberaniannya, ketika terdengar lagu Ole Hau, Teti Timu Hau, Lagu-lagu Pelaut (Lie), serta Tonda Paus. Tak hanya membakar keberanian, lagu-lagu itu juga mengingatkan mereka untuk sabar, mawas, dan hati-hati.
Perburuan ikan paus di Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Tradisi ini telah memperkenalkan penduduk di kaki gunung Labalekan ke seluruh dunia.
Jika di daerah Kanada, Greenland, atau di sekitar kutub selatan ada tradisi berburu anjing laut dan penguin, maka di indonesia punya tradisi lebih ekstrim, yakni berburu ikan paus di Lembata. Sejak nenek moyang suku Lamalera menempati tanah lomblen, perburuan ikan paus telah dimulai.
Berbagai sumber menyebutkan tradisi ini sudah ada sejak abad ke-16. Para nelayan tradisional hanya dilengkapi satu-satunya senjata andalan berupa tombak yang dinamakan tempuling. Senjata ini berupa sebatang bambu panjang yang di salah satu ujungnya ditancap besi runcing. Dengan senjata itu mereka berusaha membunuh ikan paus, yang besar tubuhnya puluhan kali lebih besar dari tubuh mereka.
Betapa kekuatan sepotong besi mampu menaklukan ikan jenis ini. Karenanya, tak heran arus kunjungan wisatawan ke sana dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun, terkadang para nelayan tradisional mengalami naas. Ikan raksasa yang terluka menyeret perahu mereka hingga perairan Australia atau sampai di kupang, ibukota propinsi Nusa Tenggara Timur. Ketika ikan itu sudah berhasil ditombak (diujung tombak diikat tali yang disambungkan ke perahu), para nelayan hanya mengikuti saja pergerakan ikan hingga melemah, tak berdaya. Di saat itulah para pemburu menarik ikan ke pantai Lamalera.
Kadang-kadang pula mereka menjadi korban akibat hempasan ekor ikan yang kaget saat ditombak. Perahu bisa langsung pecah dengan satu kali kibasan ekor. Maklum, bentangan sirip paus lebih lebar dari badan paledang (perahu tradisional) yang digunakan untuk memburunya. Tak jarang jatuh korban jiwa.
Jika ada nelayan yang tewas saat bertarung melawan paus, kenyataan itu selalu dikaitkan dengan suasana di daratan. Diyakini sebelum berangkat, korban “belum bersih” dalam arti masih ada silang sengketa di keluarganya, mungkin masih belum berdamai dengan istri dan anak-anaknya jika ada pertengkaran sebelumnya. Atau ada pelanggaran adat di kampung. Karena itu, anggota nelayan yang pergi berburu ikan paus harus “bersih diri”, “bersih rumahnya”.
Perburuan paus biasanya dimulai pada bulan mei. Orang yang bertugas menikam paus disebut lama fa. Orang ini berdiri di ujung perahu, buritan atau haluan, saat paus yang diburu mulai kelihatan. Lama fa selalu mencari kesempatan untuk menikamkan tempuling ke tubuh paus. Tempuling bukan sekadar dilempar, tapi dihujam dengan kekuatan penuh.
Daging paus yang diperoleh akan dibagikan kepada seluruh penduduk sesuai besar kecilnya jasa wakil anggota keluarga mereka dalam proses perburuan. Selain hasil daging, masyarakat juga memanfaatkan minyak paus sebagai minyak urut, bahan obat, dan bahan bakar untuk lampu teplok.
Walaupun sudah ada beberapa konvensi yang melarang perburuan ikan paus, tradisi berburu ikan paus ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Penduduk Lamalera mengatakan, mereka tahu ikan paus mana yang menjadi buruan mereka. Ikan paus yang masih kecil dan yang sedang hamil tidak akan dibunuh. Ini untuk menjaga populasi paus di daerah Lamalera.
kini para orang tua di lamalera berusaha keras melatih anak mereka agar kelak menjadi lama fa. Hal ini disebabkan karena makin hilangnya kesadaran para pemuda lamalera dalam mempertahankan tradisi berburu paus yang diwariskan nenek moyang mereka.
Usai menyaksikan atraksi penangkapan Ikan Paus, wisatawan bisa menyusuri kenyamanan pantai semenanjung Lembata. Disana terdapat sejumlah pantai yang layak disinggahi, misalnya Pantai Waijarang dan Pantai Edam.
Pantai Waijarang sendiri terletak di Desa Waijarang, sedangkan Edam di Desa Merdeka-Tenareket. Dari ibukota Kabupaten, masing-masing berjarak sembilan kilometer. Di Teluk Tenatreket, wisatawan juga bisa menyempatkan diri menikmati taman bawah laut.
Perjalanan menelusuri Lembata belum berhenti disitu, masih ada pantai di bibir Teluk Tenatreket, indahnya Gunung Ile Ape, serta nikmatnya mandi Air panas Sabu Tobo. Disini kita akan merasakan sensasi yang eksotis. Sumber air panas ini terletak di Desa Bolibean, Kecamatan Nagawutun. Sabu Tobo dikelilingi oleh hutan tropis yang di dalamnya terdapat aliran sungai. Ujung aliran itu terhenti di Sabu Tobo. Kurang lebih 200 meter di sisi kiri jalan, wisatawan dapat berjumpa dengan mata air panas yang keluar dari tebing.
Tak jauh, juga ada semburan air panas yang mencuat melalui akar pepohonan. Selain sejuk dan menyegarkan, air Sabu Tobo juga bisa untuk melepas dahaga. Itulah sebabnya, Lembata menjadi tempat yang sayang jika tidak dikunjungi, apalagi saat liburan. (disarikan oleh chris parera dari unik.net)

sumber: http://sergapntt.wordpress.com/2011/09/24/liburan-eksotis-di-pulau-lembata/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar